Bukankah berinvestasi pada suatu instrumen investasi adalah sebuah keberanian? Iya, saya juga merasakan dan setuju akan hal ini. Bagaimana tidak, langkah pertama dalam melakukan investasi adalah mengumpulkan uang dengan jerih payah luar biasa kecuali anda memang terlahir dengan privilage yang tinggal tunjuk untuk beli ini itu.

Saya anggap anda kurang beruntung dan berjuang keras untuk dapat memulai apa yang dinamakan investasi ini. Tapi ketika uang sudah terkumpul, kemudian anda jadi merasa ragu. Apakah harus saya memulai investasi? Kenapa tidak dengan memulai sesuatu yang pasti-pasti saja? Beli rumah atau tanah misalnya, kan harganya pasti mengalami kenaikan terus tuh setiap tahun.

Behavioral Finance

Sebagai orang yang tidak belajar investasi di bangku kuliah, saya hanya belajar dari Google mengenai teori ini. Dikatakan dalam teori Behavioral, emosi dan bias merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan harga di pasar. Dikatakan dalam teori itu bahwa keputusan seseorang dalam melakukan investasi adakalanya tidak dibentuk dari pertimbangan mean-variance.

Lantas apa itu Mean Variance Model? Ini merupakan model investasi yang menggunakan varian, expected return dan covariances untuk menganalisis trade-off risk-return kombinasi aset dalam portofolio investasi yang kita miliki.

Karena saya yakin kita semua setuju bahwa portofolio investasi yang efisien adalah portofolio yang telah mempertimbangkan faktor expected return atau tingkat risikonya. Itulah kenapa suatu portofolio yang optimal tidak hanya terdiri atas instrumen-instrumen investasi yang aman saja, namun juga kombinasi expected return dengan tingkat risiko yang bervariatif.

Mau itu harga properti, barang-barang branded, barang antik sampai dengan yang paling sederhana yaitu harga saham, semua akan bergerak. Agar lebih fokus, isi pada artikel ini akan saya fokuskan ke harga saham, walaupun secara teori semuanya sama saja sih meski ada beda-beda dikitnya.

Siapa investor Pengecut itu?

Siapa saja yang menjadi terlalu rasional dan terlalu irasional. Karena setuju atau tidak, sesuatu yang terlalu berlebihan tentu saja menjadi hal yang tidak baik.

Allah Swt menegaskan dalam Al-Qur’an: Katakanlah hai Ahli Kitab, janganlah kalian belebih-lebihan(melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agama kalian. Dan janganlah kalian mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Nabi Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus (Q.S. Al-Maidah/3: 77).

Saya tidak akan memaksa anda bahwa penganut aliran investasi itu harus sangat rasional untuk tidak setuju, karena punya pendirian menunjukan anda sebagai orang yang autentik dan itu menarik. Namun, saya juga tidak dalam posisi yang ingin mendebatnya. Karena tidak berani mendebat apa yang dikatakan tuhan.

Mengapa harus menjadi Pengecut?

Sebagian orang mungkin tidak setuju dengan istilah pengecut yang saya ungkapkan disini, tapi memaknai sebuah kata dengan istilah yang sedikit frontal akan membuat anda dengan mudah mengingatnya.

Pengecut disini dalam definisi saya bukanlah orang yang tidak berani melakukan apa-apa. Tapi lebih kepada orang yang tahu kapan waktu yang tepat untuk dia harus berhenti dan memulai.

Investor Pemberani itu adalah Pengecut yang Tahu Waktu!

Jika saya katakan tidak ada yang bisa memprediksi masa depan, tentu anda setuju bukan? Ada kok peramal yang jago dan bisa memproyeksi masa depan meski memang adakalanya ramalan tersebut tidak bisa tepat 100%.

Namun, coba lebih spesifik. Apakah ada peramal yang bisa memprediksi pergerakan harga saham yang akan bergerak naik, atau arah mata uang yang bisa melejit?

Tahu mengapa? Katanya hal ini menjadi salah satu pantangan para peramal, karena peramal tidak boleh memperkaya diri lewat ramalannya. Ini opini saya, tapi coba untuk lebih modern.

Pernah tonton Film Avenger: End Game?  Ada sebuah scene dimana saat Iron Man ditengah pertempurannya melawan Thanos mendatangi Doctor Strange dan bertanya tentang masa depan yang kemudian digambarkan bahwa Doctor Strange tidak bisa meramal hal-hal yang berkenaan dengan kepentingan mereka.

Sehingga dapat kita ambil sebuah kesimpulan dari beberapa hal tersebut bahwa “Peristiwa yang Memiliki Hukum Kausalitas Tidak Bisa Diramalkan”

Dan dengan berat hati tanpa maksud membuat anda kecewa, dapat dikatakan bahwa teknik ramalan tidak bisa digunakan dalam investasi. Oke, kita lanjut . . .

Jadi Berbeda itu Keren

Salah, yang benar adalah jadi berbeda itu aneh. Bagi orang yang mengikuti arus dan apa “kata orang”, tindakan yang kalian lakukan adalah sesuatu yang tidak wajar atau aneh.

Lantas bagaimana caranya menjadi Investor yang keren? Menjadi investor yang keren itu bukan mengikuti kata orang, namun tahu kapan saat yang tepat untuk menjadi diri sendiri dan mulai melakukan tindakan yang tepat. Textbook nya seperti akumulasi pada saham yang memang diyakini memiliki fundamental yang baik. Dari segi teknikal anda tahu proses penentuan momentum hingga saat yang tepat  mengikuti trend pergerakan harga. Tidak peduli dengan gaya anda berinvestasi, mulai dari teknik dollar cost averaging atau sebagai penganut aliran pisau jatuh, yang penting anda tahu kapan waktu yang tepat.

Tidak ada yang salah bertaruh dengan suatu keadaan ketika anda sudah yakin dengan apa yang anda analisa. Berpikirlah sebagai orang kaya yang punya banyak uang, tenang itu bisa dilakukan karena cuma mengkhayal.

Contohnya tuh seperti ini, perusahaan A dengan kapitalisasi pasar sebesar 100M memiliki harga instristik Rp 1000/lembarnya. Namun, saat ini dijual dengan harga Rp 500/lembarnya.

Perusahaan terus menerus mengalami kerugian dalam 2 tahun terakhir akibat pandemi misalnya, namun anda memproyeksi perusahaan dapat melakukan recovery dan segera memperoleh keuntungan di tahun ini.

Lantas apakah langsung HAKA (beli langsung) saja?

Bias Psikologi Investor Ritel

Tidak peduli berapa banyak uang yang anda gunakan untuk berinvestasi, namun selalu bijaklah! Karena itu uang, bukan daun. Menganggap sepele besaran investasi yang anda lakukan bisa menjadi kebiasaan buruk yang akan terbawa-bawa nanti.

Karena biasanya dengan sedikit uang anda jadi berani, namun dengan banyak uang anda jadi pengecut dan sangat berhati-hati. Ya, itu normal saja karena seperti itulah sifat manusia. Itulah juga yang menjadi alasan, tidak banyak orang yang sukses dalam berinvestasi. Karena memang faktanya, kebanyakan dari kita tidak dapat menjadi terlalu berani untuk mengambil keputusan.

Jadilah Peselancar yang Melawan Arus

Sudah dikatakan diawal bukan, jadi lah berbeda. Namun jangan salah mendefinisikan hal ini. Karena menjadi berbeda pun bukan secara asal saja, namun dengan penuh perhitungan dan analisa. Layaknya peselancar yang bisa terus bertahan melawan arus ombak.

Berselancar dan bertahan dengan ombak itu bukan perkara yang mudah. Adakalanya peselancar tidak selalu dihadapkan oleh ombak yang sempurna. Sesekali mereka harus dapat mengatur ritme papan selancarnya dan bergerak melawan arus ombak laut.

Begitulah seharusnya investor melakukan investasi. Keadaan market seperti crash besar dapat menjadi potensi untuk melipatgandakan keuntungan, namun perlu diimbangi dengan analisa yang tajam dan tahu kapan waktunya untuk masuk ke dalam market. Jadilah pemberani saat keadaan itu terjadi, bukan menjadi pengecut seperti banyaknya orang saat ini.

Begitupun sebalik, menikmati euforia dari kenaikan harga dengan menaikkan jumlah investasi dengan anggapan bahwa harga akan selalu terus menanjak. Tanpa memperhatikan akan selalu ada bubble di kemudian hari. Se simple dan sesederhana itu memang, tapi saya akui prakteknya tidak akan mudah.

Apalagi jika anda tidak punya prinsip dan mudah goyah mengikuti apa kata orang. Ya sudah wassalam . . .

Author

Blogger since 2010. Trader - Value Investor

Write A Comment